Oleh : Agus Tardian
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang muslim di hari kiamat dari akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi)
Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk
membinanya, dan mengembangkannya di hati mereka. Islam menegaskan bahwa
bukti keimanan ialah jiwa yang baik, dan bukti keislaman ialah akhlak
yang baik.
Akhlak yang baik dapat dimiliki oleh manusia dengan dua jalan :
1. Sifat dasar manusia yang sudah ada sebelumnya sebagai pemberian
Allah; dan Allah memberi karunia-Nya kepada siapa saja yang Ia
kehendaki. Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
kepada Asyaj Abdul Qais : ”Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua akhlak
yang di cintai Allah, yaitu tahan emosi dan teliti” Lalu Asyaj bertanya,
”Wahai Rasullah apakah kedua akhlak tersebut karena usahaku untuk
meraihnya ataukah karena pemberian dari Allah sejak awal ? beliau
bersabda, ”Bahkan pemberian Allah sejak awal” Maka Asyaj berkata ”Segala
puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlak yang dicintai Allah dan
rasul-Nya sebagai sifat dasar.
2. Dengan cara berusaha agar dapat memperoleh akhlak yang baik,
karena setiap perbuatan yang terpuji baik yang nampak maupun yang
tersembunyi pasti akan di mudahkan oleh Allah untuk
mendapatkannya.Disamping usaha kita maka watak dasar yang sudah ada
sebagai sebagai pembawaan merupakan faktor terbesar yang dapat membantu
seseorang untuk memperoleh akhlak mulia.
Menggapai akhlak mulia pada anak, bahkan pada orang dewasa sekalipun
perlu proses yang panjang. Pada anak-anak, akhlak dan moral berkembang
pelan dan bertahap. Karenanya, batasan akhlak mulia antara orang dewasa
dengan anak, juga berbeda.
Ketika kita orang dewasa tidak memahami perkembangan anak, terkadang
mereka merasa telah berbuat positif bagi anak. Orang tua, terkadang juga
menjadi kurang sensitif dan berharap banyak pada anak. Misalnya,
terlalu berharap anak yang berusia empat tahun menjadi yang terbaik
dalam segala aktivitasnya.
Jika anak berperilaku menyimpang, seperti bertengkar dengan temannya,
orang tua mengancamnya. Jika anak menangis karena suatu sebab malah
terkadang kita mencemoohnya. Jika anak mengamuk, orang tua sering
mengambil tindakan cepat tapi tidak cerdas, terkadang ucapan kasar yang
keluar atau bahkan tangan kita yang melayang agar anak diam. Intinya
orang tua justru bersikap negatif ketika anak berperilaku tidak sesuai
harapan. Padahal ketika kita mengucapkan kata-kata kasar kepada anak
kita, kata-kata kita akan terekam apik pada diri anak, dan bukan
mustahil anak kita lebih kasar perkataan dan perbuatannya melebihi kita
ketika mereka beranjak dewasa.
Ada sebuah penemuan yang masih segar di ingatan kita, ketika seorang
ilmuan dari Jepang, Massaru emoto menemukan keajaiban dalam air, bahwa
air dapat merekam kata-kata ! Dalam penelitiannya air yang selalu
mendapat kata-kata yang baik bagian partikel terkecil air tersebut
membentuk kristal-kristal yang menakjubkan dengan bentuk yang sangat
indah, Subhanallah! Akan tetapi sebaliknya ketika air mendapat kata-kata
kasar, cemoohan, hinaan dan ucapan jelek, maka bagian partikel terkecil
air tersebut membentuk kristal yang jelek dan mengerikan !
Kalau kita merenung sejenak bukankah dalam tubuh manusia terdiri dari
kurang lebih 60%-nya adalah air, Astagfirullah ! Maka sangat wajar
apabila anak yang di besarkan dengan kasih sayang, kelembutan dan
perhatian hasilnya mereka akan tampil sebagai generasi penyejuk hati dan
berperilaku mulia. Wa’aksuhu (kebalikannya) anak yang di besarkan
dengan cara kasar oleh orang tuanya ia akan tumbuh menjadi dewasa yang
lebih kasar daripada orang tuanya.
Kecenderungannya, anak yang mendapat banyak contoh perilaku negatif
dari orang tua atau orang dewasa lainnya, sulit memiliki akhlak mulia.
Apalagi, bagi anak yang punya karaktristik sebagai peniru ulung dan
hidup di lingkungan yang penuh kecemasan bagi perkembangannya.
Orang tua harus memahami, anak yang baik bukan berarti yang selalu
berperilaku sempurna. Anak yang baik dan berakhlak mulia adalah anak
yang selalu berada dalam proses menuju kebaikan. Karenanya, ketika orang
tua menganggap anaknya tidak berakhlak mulia, kita perlu intropeksi
diri, apakah kita sudah menjadi teladan bagi si kecil.
Selain itu orang tua perlu memahami, apakah dalam kegiatan, perilaku
dan tutur kata kita, talah menunjukan akhlak mulia ? Orang tua juga
perlu mengingat bahwa dalam mencapai akhlak mulia, orang dewasa masih
berharap memperoleh masukan dari orang lain secara bijak dan tetap
menghargai diri kita. Karenanya nasihat orang lain sekalipun bertujuan
baik, jika dilakukan dengan cara menghakimi dan mengecam, belum tentu
bisa diterima. Jika cara yang tidak bijak ini juga diterapkan pada si
kecil yang fisik dan psikologisnya belum matang, tentu buah hati andapun
tak menerimanya.
Orang dewasa yang memiliki akhlak mulia adalah mereka yang memiliki
akidah lurus, ibadahnya benar, fisiknya kuat, akhlak, pemikiran dan
intelektualnya matang, tertib dan rapi dalam segala urusan, bisa
memanfaatkan waktu dengan baik, mampu memotivasi, mengelola emosi diri
dan orang lain, mampu menjalin hubungan positif dengan anak dan orang
tua.
Ciri positif itu, bisa diraih orang dewasa melalui proses panjang.
Jika batasan ini di terapkan pada anak, tentu tidak bijaksana.
Karenanya, orang tua sebaiknya tidak berfikir menjadi ”orang tua
sempurna dalam mengontrol” anak.
Ada banyak hal yang berkaitan dengan anak. Tapi orang tua belum tentu
lebih tahu dan lebih benar dari anaknya, meski demikian orang tua tidak
harus selalu mengikuti kemauan anaknya tanpa batasan.
Orang tua yang berakhlak mulia pada anak adalah mereka yang rutin
melakukan intropeksi dan mencari cara positif dalam menghadapi anak.
Cara yang di tempuh dalam mendidik , selalu berdampak positf bagi dua
pihak. Kemudian hal yang harus menjadi motivasi bagi kita, keluarga
dalam membina akhlak mulia adalah harapan untuk hidup berdampingan
dengan kekasih kita Rasulullah saw pada hari kiamat nanti. Seperti yang
di sabdakan Rasullah ”Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara
kalian dan majlisnya paling dekat dengan aku pada hari kiamat adalah
orang yang paling baik akhlaknya” (HR.AtTirmidzi)
Semoga kita selalu di berikan jalan oleh Allah untuk menggapai akhlak
mulia pada diri kita, keluarga, dan lingkungan. Sekaligus sebagai
motivasi keinginan hidup berdampingan pada hari kiamat dengan manusia
yang paling mulyakan Allah yaitu Rosulullah saw, amin.[]